Pasar CBU Premium Lesu sampai Akhir Tahun

Jakarta, KompasOtomotif – Dalam dua tahun terakhir, konsistensi pelaku bisnis otomotif di pasar mobil premium yang mayoritas mengandalkan impor secara utuh (completely built up/CBU), diterpa banyak cobaan. Mulai dari melemahnya kurs rupiah hingga kebijakan baru yang diterapkan pemerintah. Pihak Citra Langgeng Otomotif sebagai distributor resmi Ferrari di Indonesia (Ferrari Jakarta) menyatakan pasar premium bakal terus lesu sampai akhir tahun 2015.

Salah satu sumber dari divisi penjualan Ferrari Jakarta mengatakan, performa merek asal Italia ini di Indonesia menurun sejak 2013. Pelemahan nilai rupiah yang dimulai sejak awal 2013 dirasa sudah memberatkan. Ditambah lagi kebijakan pemerintah meningkatkan tarif Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) pada 19 Maret 2014 sebesar 125 persen buat mobil bermesin bensin di atas 3.000 cc dan bermesin diesel di atas 2.500 cc.

Belum selesai mengadaptasi kenaikan PPnBM, mulai 23 Juli 2015, kebijakan baru pemerintah terkait pajak bea masuk yang dinaikan dari 40 persen ke 50 persen untuk impor CBU dari negara yang tidak punya kerja sama ekonomi dengan Indonesia atau ASEAN telah diterapkan. Semua unit Ferrari yang disebar ke seluruh dunia -termasuk Indonesia- berasal dari Italia yang tidak memiliki kerja sama perdagangan dengan Indonesia.  

Menanggapi kebijakan baru itu Ferrari Jakarta akan merevisi harga jual unit sebagai langkah antisipasi. Banderol model berlambang “Kuda Jingkrak” bakal makin mahal dari sebelumnya. 

“Pasti pengaruh ke semua penjualan di Indonesia. Kalau persentase (kenaikan) harga kita belum tahu karena baru ada lagi penambahan pajak minggu lalu. Kita lagi kaji, kita lagi cek jadi persentase saya belum bisa nyebutin,” ucap sumber.

Semester dua
Selama semester satu (Januari – Juni) 2015 penjualan Ferrari di Indonesia mengalami penurunan dibanding tahun lalu. Selama enam bulan baru 25 unit yang dikirim ke konsumen, sedangkan total tahun lalu bisa mencapai 60 – 70 unit. Menurut sumber, performa penjualan Ferrari Jakarta pada 2013, 2014, dan 2015, masih di bawah prestasi 2012.

“Pasar lesu pasti, kita tak tau mau jual ke mana. Maksudnya orang punya duit tapi menahan duit. Kita nggak banyak berharap, kita lihat saja ke depannya ke mana,” jawab sumber pada pertanyaan prediksi pasar di semester kedua.

Bukan hanya Ferrari, sumber juga mengatakan dampak kenaikan bea masuk akan dirasakan semua pemain di segmen premium. “Saya bilang sih bakal lesu karena keadaan pajak naik ini. Kalau drop kita sih belum tahu karena efeknya ini kan berbeda dengan brand lain. Kalau kita sih kemungkinan turun, tapi kita belum bisa antisipasi berapa nilainya,” jelas sumber itu.

Sumber : http://otomotif.kompas.com/read/2015/08/01/080800215/Pasar.CBU.Premium.Lesu.sampai.Akhir.Tahun
READ MORE - Pasar CBU Premium Lesu sampai Akhir Tahun

Kejar Efisiensi, Camry Terbaru Pakai Mesin Turbo

Tokyo, KompasOtomotif — Merek-merek Jepang kini mulai masuk lagi ke era mesin turbo yang disematkan pada mobil produksi. Honda memasang mesin 4-silinder 1,5 liter turbocharger pada Civic dan Accord terbaru serta model CR-V pada masa mendatang.

Kali ini, seperti dilansir Automotive News, Selasa (28/7/2015), Toyota dikabarkan juga akan menggunakan mesin 4-silinder 2,0 literturbocharger. Mesin tersebut akan dipasangkan di sedan Camry terbaru.

Mesin baru Toyota itu sebelumnya telah digunakan di Lexus bermesin turbo pertama, crossover NX200t, serta yang terkini, sedan IS 200t. Pada Camry, mesin 2,0 liter turbocharger akan menggantikan tipe mesin V6 3,5 liter bertenaga 268 tk dan torsi 336 Nm. Belum ada keterangan resmi mengenai besaran tenaga mesin baru Camry. Namun, pada model Lexus, tenaga pada mesin itu bisa diatur hingga 241 tk dengan torsi 350 Nm.

Pada Lexus IS 200t, mesin 2.0L turbocharger dipadankan dengan transmisi otomatis 8-percepatan dan sistem gerak roda belakang. Dari informasi yang beredar, Camry terbaru kemungkinan akan tetap menggunakan sistem gerak roda depan. Namun, jenis transmisi yang akan digunakan belum bisa dipastikan.

Penggunaan mesin baru berkapasitas kecil menjadi langkah yang dilakukan pabrikan dalam menggapai regulasi emisi bahan bakar dan tingkat keiritan yang semakin diperketat. Strategi ini dilakukan secara terpisah dari pengembangan teknologi baru berupa sistem gerak listrik dan hibrida.

"Tenaga penggerak masih di area yang kami lihat sendiri, masih bisa dikemas dengan menghasilkan angka efisiensi yang signifikan," kata Andrew Coetzee, Wakil Presiden Perencanaan Produk Grup Toyota.

Sumber : http://otomotif.kompas.com/read/2015/07/28/183100115/Kejar.Efisiensi.Camry.Baru.Pakai.Mesin.Turbo
READ MORE - Kejar Efisiensi, Camry Terbaru Pakai Mesin Turbo

Kenaikan BM Impor CBU Ganggu Iklim Investasi

Jakarta, KompasOtomotif - Keputusan pemerintah Indonesia untuk membendung impor kendaraan bermotor secara utuh (completely built up/CBU) dengan menaikan pajak bea masuk (impor duty) dinilai kalangan pengusaha otomotif terlalu gegabah. 

Kebijakan baru ini tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No 132 Tahun 2015 tentang Penetapan Sistem Klasifikasi Barang dan Pembebanan Tarif Bea Masuk Atas Barang Impor. Regulasi ini ditandatangani Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro, 8 Juli 2015 dan diundangkan sehari setelahnya (9 Juli 2015). 

Di dalamnya, ditetapkan kalau impor mobil CBU dari luar negara mitra yang memiliki kerja sama ekonomi dengan Indonesia atau ASEAN, dinaikkan tarif bea masuk (BM) menjadi 50 persen dari sebelumnya hanya 40 persen. Regulasi ini juga efektif berlaku dua pekan setelah resmi diundangkan, artinya sudah efektif mulai Kamis, 23 Juli 2015.

Sontak kebijakan baru ini mengusik ketenangan pebisnis otomotif, salah satunya Muhammad Al Abdullah, Presiden Direktur Garansindo Inter Global, agen tunggal pemegang merek (ATPM) Fiat-Chrysler di Indonesia. Menurut Memet, begitu ia akrab disapa, regulasi ini bersifat terburu-buru dan tidak tepat sasaran. 

"Kalau tujuan pemerintah mau menyelamatkan devisa, caranya bukan dengan menekan pebisnis seperti ini. Regulasi ini sangat tidak tepat sasaran," ujar Memet kepada KompasOtomotif, Senin (27/7/2015) dini hari.

Keinginan pemerintah sudah disampaikan Menteri Perindustrian Saleh Husin yang berkeinginan untuk bisa mengurangi laju impor produk-produk industri, salah satunya dari otomotif. Menurut Saleh, beberapa ATPM yang merakit lokal mobil di Indonesia juga masih mengandalkan impor untuk memasok model lain sesuai kebutuhan pasar.

"Justru di kala pasar luar negeri maupun di dalam negeri sedang lesu, maka impor harus dikurangi dan devisa harus dihemat," ucap Saleh, menjelaskan. 

Bebas Pajak

Menurut Memet, mayoritas mobil-mobil impor CBU yang dipasarkan di Indonesia bebas pajak berkat perjanjian kerja sama ekonomi di lingkup ASEAN. Justru dengan membebani pajak tambahan pada pebisnis minoritas akan memperlemah pasar mobil nasional yang lagi terpukul tahun ini.

"Sekarang saja pasar (mobil) nasional sudah anjlok 23 persen, mau ditambah lagi beban impor duty jadi 50 persen, kan aneh. Asal tahu saja, 90 persen impor (mobil) CBU yang ada di Indonesia itu memanfaatkan AFTA (ASEAN Free Trade Area), alias tidak bayar pajak, nol persen. Jadi kalau tujuannya menyelamatkan devisa tidak tepat," ujar Memet menjelaskan.

Hampir seluruh merek mobil terlaris yang dipasarkan di Indonesia, punya pabrik di Thailand. Lewat FTA, impor mobil-mobil ini bebas pajak, antara lain Toyota, Nissan, Honda, Suzuki, Mazda, dan Ford. Tiga merek pertama memang punya pabrik perakitan di Indonesia, namun Mazda dan Ford hanya impor, nyaris tanpa investasi aset.

Tanpa Kompromi

Selain itu, Memet juga menyayangkan langkah pemerintah Indonesia yang terlalu tergesa-gesa mengeluarkan kebijakan. Sebagai bagian dari pebisnis otomotif, Memet merasa tidak dihubungi pemerintah dalam mengawal kebijakan baru ini. 

"Regulasi ini sifatnya mendadak, tidak ada diskusi dengan kami. Kami pengusaha ini mitra pemerintah, seharusnya diajak diskusi bersama. Kalau mau menyelamatkan devisa bisa dibicarakan sama-sama sebenarnya," kata Memet, mengeluh.

Terakhir, langkah pemerintah menerbitkan regulasi ini dianggap semakin mengancam iklim investasi khususnya di sektor otomotif. Menurut Memet, pemerintah Indonesia tidak pernah memiliki kebijakan yang steady. Mengakibatkan para prinsipal otomotif global berfikir ulang untuk menanamkan investasinya di Indonesia.

Padahal, untuk merencanakan strategi, satu merek akan merancang peta bisnis dalam jangka waktu satu, dua, tiga, sampai lima tahun ke depan. Jika ada peraturan yang berubah, rancangan ini bisa patah dan terancam akan hilang.

"Saya dengar sendiri dari prinsipal, sudah pasar anjlok seperti ini, ditambah lagi regulasi baru yang membebani, ini aneh. Di Thailand mau ada kudeta, sampai perang sipil saja, pemerintahnya tidak mengubah-ubah kebijakan, nah Indonesia, malah sebaliknya. Kalau dibiarkan, sulit investasi mau masuk, sudah banyak prinsipal yang mengalihkan investasinya dari Indonesia ke negara lain karena peraturan yang selalu berubah-ubah," ucap Memet.

Sumber : http://otomotif.kompas.com/read/2015/07/27/092800115/Kenaikan.BM.Impor.CBU.Ganggu.Iklim.Investasi
READ MORE - Kenaikan BM Impor CBU Ganggu Iklim Investasi

Pertamina Berharap Pertalite Jadi Tren Baru

Jakarta, KompasOtomotif — PT Pertamina (Persero) siap meluncurkan bahan bakar minyak (BBM) terbaru, Pertalite, akhir pekan ini. Segala persiapan sudah dilakukan dan Pertalite siap dipasarkan dalam tahap tes pasar ke 103 stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) yang berada di tiga kota, yaitu Jakarta, Bandung, dan Surabaya. 

Wianda Pusponegoro, VP Corporate Communication Pertamina, mengatakan, tahapan ini merupakan cara untuk mengetes sekaligus mengetahui respons masyarakat terhadap Pertalite. BBM baru beroktan 90 ini diharapkan bisa menjadi tren baru sekaligus alternatif pilihan bagi masyarakat di seluruh Indonesia nantinya.

Konsumsi Pertamax, jelas Wianda, berhasil terbukti meningkat selama arus mudik dan balik Lebaran fase pertama tahun ini. Konsumsi Pertamax yang pada hari-hari biasa hanya 7.900 kiloliter, pada musim mudik Lebaran 1436 H mencapai 10.000 kiloliter. 

“Itu tren positif untuk BBM jenis non-subsidi. Kita berharap Pertalite juga sama (diterima baik),” kata Wianda dilansir Kompas.com, Rabu (22/7/2015). 

Setiap SPBU akan mendapat pasokan 8 ton Pertalite. Artinya, secara total Pertamina telah menyiapkan setidaknya 824 ton Pertalite untuk 103 SPBU. Sementara itu, setelah uji pasar selesai, Pertamina akan memasok Pertalite sesuai dengan permintaan pasar.
Sejauh ini, kesiapan peluncuran Pertalite sudah hampir rampung. Pertamina sudah memasang dispenser Pertalite di kota-kota uji pasar dan membangun tangki timbun di rest area yang juga akan menjual Pertalite. Wianda mengatakan, seluruh modal untuk pemasaran BBM jenis baru ini ditanggung Pertamina. 

“Kalau rata-rata satu SPBU itu Rp 60 miliar. Kalau investasi di SPBU CODO (company owned dealer operated), seperti rest area, semua infrastruktur BBM-nya Pertmina yang membangun. Biasanya pengusaha membangun rest area-nya dan fasilitas lainnya,” ucap Wianda.

Sumber : http://otomotif.kompas.com/read/2015/07/23/074000615/Pertamina.Berharap.Pertalite.Jadi.Tren.Baru
READ MORE - Pertamina Berharap Pertalite Jadi Tren Baru

Jaga "Image", Mazda Enggan Main di Segmen Taksi

Lombok, KompasOtomotif – PT Mazda Motor Indonesia (MMI) memandang segmen sedan belum realistis untuk digarap. Saat ini MMI hanya menawarkan Mazda6 dan mengungkap peluang tipis sedan All-New Mazda2 hadir di Indonesia.

“Marketnya sedan tidak kemana-mana, Mazda melihatnya realistis karena marketnya tidak ada di sana. Saat ini belum,” ungkap Astrid Ariani Wijana, Senior Marketing Manager MMI, saat uji irit All-New Mazda2 jelajah tiga pulau, akhir bulan lalu.

Menggarap pasar sedan di Indonesia memang sulit seperti diungkap banyak pemegang merek. Meski begitu permintaan sedan cenderung stabil walaupun industri otomotif naik turun, tahun lalu pasar sedan bisa mencapai 22.197 unit (termasuk taksi 7.342 unit).

Taksi
Beberapa merek sudah meramaikan pasar taksi taksi sebagai alternatif memasarkan sedan, namun Astrid mengatakan itu bukan pilihan buat sedan All-New Mazda2. Salah satu kekhawatiran yang dijelaskan, bila cara itu dipakai akan memengaruhi citra Mazda di Indonesia.

Brand itu berpengaruh, jadi tidak mau main ke taksi. Konsumen hanya mau beli karena murah, brand positioning kita bukan seperti itu. Kita bukan seperti produsen Jepang lainnya. Mazda punya jalan sendiri,” kata Astrid.

Pasar taksi sebenarnya bukan hal baru buat Mazda, pasalnya di era 1990-an sedan kompak 323 Interplay pernah “kerja” di Ibu Kota. Namun tampaknya, cara itu tak ingin diulang MMI. “Formula yang sama tidak berlaku di semua brand,” ujar Astrid.

Sumber : http://otomotif.kompas.com/read/2015/05/11/110736715/Jaga.Image.Mazda.Enggan.Main.di.Segmen.Taksi
READ MORE - Jaga "Image", Mazda Enggan Main di Segmen Taksi

Triumph Ikut Kena ”Tumbal” Ohlins

Hinckley, KompasOtomotif – Rentetan recall akibat masalah suspensi Ohlins terus berlanjut. Setelah Yamaha YZR-R1M dan Honda CBR1000RR SP yang menggunakan tipe suspensi tertentu dari Ohlins ditarik untuk diperbaiki, Triumph pun harus melakukan hal yang sama.

Merek sepeda motor asal Inggris itu mengumumkan recall dua model, yakni Daytona 675 R dan Speed Triple R. Rupanya kesalahan perakitan oleh Ohlins pada tipe TTX GP, TTX RT, dan TTX36 akan berdampak banyak.

Untuk Triumph, recall hanya menimpa 566 unit yang sudah diproduksi dan dikirim ke konsumen. Model yang kena recall diproduksi antara 1 Januari 2014 dan 1 April 2015. Penarikan kembali akan mulai dilakukan pada 15 Mei tahun ini.

Seperti diketahui, suspensi Ohlins yang diproduksi di Swedia itu ada masalah pada piston. Baut piston dikencangkan dulu sebelum menempel sempurna dengan komponen lain. Ini membuat baut mudah kendor, menyebabkan pengendalian pada suspensi tidak bekerja sempurna.

Triumph akan menghubungi konsumen secara resmi dalam waktu dekat, dan dealer akan mengganti suspensi belakang itu tanpa biaya.

Sumber : http://otomotif.kompas.com/read/2015/05/12/1120514/Triumph.Ikut.Kena.Tumbal.Ohlins
READ MORE - Triumph Ikut Kena ”Tumbal” Ohlins

Mesin Vespa 125 Cc Pelan-pelan Digusur

Jakarta, KompasOtomotif – Lambat laun mesin 125cc Vespa yang dulu ”berjaya” berangsur-angsur ”hilang” di Indonesia. Generasi mesin 3 katup (3 valve) yang dipasang pada banyak model kini hanya tersisa untuk Vespa S 125 yang baru diluncurkan, (13/5/2015).

Managing Director Piaggio Indonesia Marco Noto La Diega dalam peluncuran Vespa S, di Jakarta, (13/5/2015), tak menyebut alasannya. Pria Italia itu hanya mengatakan bahwa Piaggio Indonesia menyiapkan produk yang bisa dipilih berdasarkan selera konsumen Indonesia.

”Jadi untuk mesin 125cc saat ini hanya untuk Vespa S. Selebihnya konsumen bisa memilih mesin 150cc pada Primavera, Sprint, LXV, dan GTS. Konsumen bisa memilih sesuai kebutuhan dan karakternya,” kata Marco kepada wartawan.

Marco tak spesifik menjelaskan bahwa konsumen Indonesia lebih suka kapasitas mesin lebih besar. Namun sepertinya, Piaggio Indonesia lebih memilih opsi mesin 150cc untuk berbagai varian karena alasan permintaan pasar.

Vespa LX 125 dan beberapa model lain yang menggunakan mesin 125 cc kini tak lagi didatangkan. Tapi justru sebaliknya, Vespa S 150 kini diganti mesin 125cc 3 katup generasi baru, menjadi satu-satunya model yang menggunakan mesin 125cc, dan dikategorikan sebagai varianentry level.

Marco menegaskan, ini hanya strategi untuk merangkul pasar Indonesia, bukan soal berhenti produksi atau downgrade. ”Ini pilihan baru yang menandai ekspansi produk,” tukas Marco.

Sumber : http://otomotif.kompas.com/read/2015/05/13/153808815/Mesin.Vespa.125.Cc.Pelan-pelan.Digusur
READ MORE - Mesin Vespa 125 Cc Pelan-pelan Digusur
 

Postingan Populer

Diberdayakan oleh Blogger.